Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu psikosa dan non-psikosa:
1. Golongan Psikosa
Ditandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan menilai realitas (Reality Testing Ability, RTA). Golongan psikosa dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu:
• Psikosa fungsional
Gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel saraf dalam susunan saraf pusat (otak), dan tidak terdapat kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut.
• Psikosa orgnik
Gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya kelainan pada struktur susunan saraf pusat otak, misalnya terdapat tumor di otak, kelaianan pembuluh darah di otak, infeksi di otak, keracunan (intoksikasi) NAZA (Narkotika, Alkohol) dan zat adktif lain yang sejenis.
2. Golongan Non-Psikosa
Gejala tidak adanya pemahaman diri dan ketidakmampuan menilai realitas, keduanya masih baik.
Senin, 15 Desember 2008
Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa (mental disorder) adalah salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju, modern, industri (Mahar Mardjono, 1992). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Kusumanto Setyonegoro, 1980). Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidakmampuan atau tidak berfungsi secara optimal dalam memenuhi kehidupan sehari-hari.
sehat mental
Sehat Mental
Adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, individu merasa puas dan mampu.
Kriteria sehat jiwa neburut WHO:
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. Hubungan antara manusia, saling menolong dan memuaskan
5. Menerima kekecewan sebagai pelajaran untuk memperbaiki yang akan datang
6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kognitif dan konstruktif
7. Mempunyai rasa kasih sayang
Keadaan seha/sakit mental
Dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu:
1. Bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya.
2. Bagaiman hubungan interpersonal di lingkungan dimana individu berada
3. Bagaimana individu menngunakan waktu senggangya, individu yang sehat jiwa dapat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bai dirinya dan bagi lingkungannya.
Adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, individu merasa puas dan mampu.
Kriteria sehat jiwa neburut WHO:
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. Hubungan antara manusia, saling menolong dan memuaskan
5. Menerima kekecewan sebagai pelajaran untuk memperbaiki yang akan datang
6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kognitif dan konstruktif
7. Mempunyai rasa kasih sayang
Keadaan seha/sakit mental
Dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu:
1. Bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya.
2. Bagaiman hubungan interpersonal di lingkungan dimana individu berada
3. Bagaimana individu menngunakan waktu senggangya, individu yang sehat jiwa dapat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bai dirinya dan bagi lingkungannya.
C. TAHAPAN HALUSINASI DAN DELUSI YANG BIASA MENYERTAI GANGGUAN JIWA
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai
Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar
dari ancaman.
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia
rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terusmenerus
mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila
suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien
dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
D. PSIKOPATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak) pasien skizofrenia ?
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di
sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata
mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif
dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan
menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama
pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).
Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar
dari ancaman.
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia
rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terusmenerus
mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila
suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien
dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
D. PSIKOPATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak) pasien skizofrenia ?
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di
sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata
mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif
dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan
menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama
pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).
Proses Perjalanan Penyakit
PROSES PERJALANAN PENYAKIT ;
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur
pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1. Fase Prodomal
_ Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
_ Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan,
gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
_ Berlangsung kurang lebih 1 bulan
_ Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,
gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual
_ Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya
berulang.
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur
pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1. Fase Prodomal
_ Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
_ Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan,
gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
_ Berlangsung kurang lebih 1 bulan
_ Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,
gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual
_ Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya
berulang.
Kamis, 11 Desember 2008
Rabu, 10 Desember 2008
Senin, 08 Desember 2008
PREDISPOSISI
FAKTOR PREDISPOSISI (PENDUKUNG)
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Konstitusi
3. Cacat Kongenital
4. Perkembangan Psikologik yang salah
5. Deprivasi Dini
6. Pola Keluarga yang Petagonik
7. Masa Remaja
8. Faktor Sosiologik dalam Perkembangan yang salah
9. Genetika
10. Neurobiological
11. Biokimia tubuh
12. Neurobehavioral
13. Stress
14. Penyalahgunaan obat-obatan
15. Psikodinamik
16. Sebab biologic
17. Sebab psikologik
18. Sebab sosiokultura
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Konstitusi
3. Cacat Kongenital
4. Perkembangan Psikologik yang salah
5. Deprivasi Dini
6. Pola Keluarga yang Petagonik
7. Masa Remaja
8. Faktor Sosiologik dalam Perkembangan yang salah
9. Genetika
10. Neurobiological
11. Biokimia tubuh
12. Neurobehavioral
13. Stress
14. Penyalahgunaan obat-obatan
15. Psikodinamik
16. Sebab biologic
17. Sebab psikologik
18. Sebab sosiokultura
Rabu, 03 Desember 2008
Penggolongan
PENGGOLONGAN DIAGNOSA GANGGUAN JIWA ke-I, 1973
I. PSIKOSA (290-299)
I.A. Psikosa berhubungan dengan sindroma otak organic
290. Dementia senilis dan Dementia presenilis.
290.0. Dementia senilis
290.1. Dementia presenilis
291. Psikosa alkoholik
291.0. delirium tremens
291.1. psikosa Korsakov
291.2. halusinosa alkoholik lain
291.3. paranoia alkoholik
291.4. psikosa alkoholik lain
292. Psikosa berhubungan dengan infeksi intracranial
292.0. dementia paralytica
292.1. syphilis lain dari susunan saraf pusat
292.2. encephalitis lain, infeksi intracranial lain
293. Psikosa berhubungan dengan kondisi serebral lain
293.0. arteriosclerosis cerebri
293.1. gangguan serebrovaskular lain
293.2. epilepsy
293.3. penyakit degenerasi SSP
293.4. rudapaksa otak
293.9. kondisi serebral lain
294. Psikosa berhubungan dengan kondisi fisik lain
294.0. gangguan endokrin
294.1. gangguan metabolisme dan gizi
294.2. infeksi tubuh
294.3. intoksikasi obat atau racun selain alcohol
294.4. kelahiran anak
294.8. Kondisi fisik lain
294.9. kondisi fisik yang tidak tergolongkan
I.B. Psikosa fungsional (295-299) (Psikosa yang tak dihubungkan dengan kondisi fisik seperi tercantum sebelum ini).
295. Skizofrenia
295.0. skizofrenia simplex
295.1. skizofrenia hebefrenik
295.2. skizofrenia katatonik
295.3. skizofrenia paranoid
295.4. episode skizofrenia akut
295.5. skizofrenia latent
295.6. skizofrenia residual
295.7. skizofrenia schizo-afektif
295.8. skizofrenia lain
295.9. skizofrenia tak tergolongkan
296. Psikosa afektif
296.0. melankhois involusi
296.1.psikosa manic-depresifjenis mania
296.2.psikosa manic-depresif jenis depresi
296.3.psikosa manic-depresif jenis sirkular
296.8.psikosa afektif lain
296.9.psikosa afektif tak tergolongkan
297. Keadaan paranoid
297.0.Paranoia
297.1.parafrenia involusi
297.2.keadaan paranoid lain
298. Psikosa lain
298.0.psikosa depresi reaktif
298.1.gaduh-gelisah reaktif
298.2.kebingungan reaktif
298.3.reaksi paranoid akut
298.9.psikosa reaktif tak tergolongkan
299. Psikosa tak tergolongkan
II. NEUROSA, GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN GANGGUAN JIWA NON –PSIKOSA LAIN
300. Neurosa
300.0.neurosa cemas
300.1.neurosa histerik
300.2.neurosa fobik
300.3.neurosa obsesif-kompulsif
300.4.neurosa depresif, neurasthenia
300.5.nerasthenia
300.6.sindroma depersonalisasi
300.7.neurosa hipokhondrik
300.8.neurosa lain
300.9.neurosa tak tergolongkan
301. Gangguan kepribadian
301.0.kepribadian paranoid
301.1.kepribadian afekif
301.2.kepribadian schizoid
301.3.kepribadian explosive
301.4.kepribadian nankastik
301.5.kepribadian histerik
301.6.kepribadian asthenik
301.7.kepribadian antisocial
301.8.kepribadian pasif-agresif
301.9.gangguan kepribadian tak tergolongkan
302. Deviasi seksual
302.0.Homoseksualitas
302.1.Fetihisme
302.2.Pedofilia
302.3.Transvestitisme
302.4.Exhibisionisme
302.5.Voyeurism
303.6.Sadism
303.7.Masokhisme
303.8.deviasi seksual lain
303.9.devisi seksual tak tergolongkan
303. Alkoholisme
tidak termasuk psikosa alkoholik (291), intoxikasi alcohol akut atau kbetulan (E860, N980 dan berhubungan dengan kondisi fisik (309)).
303.0.Minum belebihan episodic
303.1.Kebiasaan minum berlebihan
303.2.Ketagihan alkohol
303.9.Alkoholisme lain
304. Ketergantungan obat
304.0.Opium, alkaloid opium dan derivatnya
304.1.Analgetika sintetik dengan efek seperti morfin
304.2.Barbiturate
304.3.Hipnotika dan sedative lain atau “obat penenang”
304.4.Kokaine
304.5.Cannabis sativa (hashish, marihuana, ganja)
304.6.obat perangsang lain
304.7.halusinogenika
304.8.ketergantungan obat lain
304.9.ketergantungan obat tak tergolongkan
305. Gangguan fisik dengan perkiraan sebab psikogenik
305.0.Kulit
305.1.Otot dan tulang
305.2.Alat pernapasan
305.3.Jantung dan pembuluh darah
305.4.Darah dan getah bening
305.5.Alat pencernaan
305.6.Alat kemih dan kelamin
305.7.Endokrin
305.8.Pancaindera
305.9.Gangguan fisik lain
306. Golongan khusus tak tergolongkan di tempat lain
306.0.Gangguan bicara (gagap, dan sebagainya)
306.1.Gangguan kemampuan belajar khusus
306.2.Tic
306.3.Gangguan psikomotorik lain
306.4.Gangguan tidur
306.5.Gangguan makan
306.6.Enuresis
306.7.Encopresis
306.8.Chepalalgia
306.9.Gejala khusus lain
307. Gangguan situasioal sementara
307.0.Reaksi penyesuaian masa bayi
307.1.Reaksi penyesuaian masa Anak
307.2.Reaksi penyesuaian masa Remaja
307.3.Reaksi penyesuaian masa Dewasa
307.4.Reaksi penyesuaian masa tua
308. Gangguan tingkah laku masa anak dan remaja
308.0.Reaksi hiperkinetik
308.1.Reaksi menarik diri
308.2.Reaksi cemas berlebihan
308.3.Reaksi melarikan diri
308.4.Reaksi agresif individual
308.5.Reaksi delinkwen kelompok
308.9.Gangguan tingkah laku lain
309. Sindroma otak organic yang on-psikotik
309.0.Infeksi intracranial
309.1.Obat, racun dan intoxikasi tubuh
309.2.Rudpaksa oak
309.3.Gangguan peredaran darah
309.4.Epilepsy
309.5.Gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi
309.6.Senilitas atau presenilitas
309.7.Sneoplasma intracranial
309.8.Penyakit degenerasi SSP
309.9.Kondisi fisik lain
III. RETARDASI MENTAL (310-315)
310.Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68-85)
311.Retardasi mental ringan (IQ: 52-67)
312.Retardasi mental sedang (IQ: 36-51)
313.Retardasi mental berat (IQ: 20-35)
314.Retardasi mental sangat berat (IQ: <20)
315.Retardasi mental tak tergolongkan
Kode tambahan angka ke-4 dapat digunakan untuk kategori 310-315
315.0.Akibat infeksi dan/atau intoxikasi
315.1.Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
315.2.Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi (nutrition)
315.3.Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
315.4.Akibat penyakit/pengaruh prenatal yang tak jelas
315.5.Akibat kelainan kromosoma
315.6.Akibat prematuris
315.7.Akibat gangguan jiwa berat
315.8.Akibat deprivasi psikososial (lingkungan)
315.9.Akibat keadaan lain dan tak tergolongkan
IV. KEADAAN TANPA GANGGUAN PSIKIATRIK YANG NYATA DAN KONDISI (KEADAAN) NON-SPESIFIK (316-318)
316. Kegagalan penyesuaiansosial tanpa gangguan psikiatrik yang nyata
316.0.Kegagalan penyesuaiaan dalam perkawinan
316.1.Kegagalan penyesuaian sosial
316.2.Kegagalan penyesuaian dalam pekerjaan
316.3.Tingkah-laku dis-sosial (Dyssocial behavior)
316.9.Kegagalan penyesuaian sosial lain
317.Kondisi (keadaan) yang terikat pada kebudayaan setempat (culture bound phenomena)
317.0. –
317.1.Amok
317.2.Koro
317.3.Latah
317.4.Kesurupan
317.9.Kondisi atau keadaan lain
318. Tidak terdapat gangguan jiwa
V. ISTILAH BUKAN-DIAGNOSAUNTK PENGGUNAAN ADMINISTRASI (319)
319.Istilah bukan-diagnosa untuk penggunaan administrasi
319.1.Diagnosa ditangguhkan
319.1.Pasien titipan
319.2.Hanya untuk penelitian
319.3.Keluarga pasien
319.9.Lain-lain.
I. PSIKOSA (290-299)
I.A. Psikosa berhubungan dengan sindroma otak organic
290. Dementia senilis dan Dementia presenilis.
290.0. Dementia senilis
290.1. Dementia presenilis
291. Psikosa alkoholik
291.0. delirium tremens
291.1. psikosa Korsakov
291.2. halusinosa alkoholik lain
291.3. paranoia alkoholik
291.4. psikosa alkoholik lain
292. Psikosa berhubungan dengan infeksi intracranial
292.0. dementia paralytica
292.1. syphilis lain dari susunan saraf pusat
292.2. encephalitis lain, infeksi intracranial lain
293. Psikosa berhubungan dengan kondisi serebral lain
293.0. arteriosclerosis cerebri
293.1. gangguan serebrovaskular lain
293.2. epilepsy
293.3. penyakit degenerasi SSP
293.4. rudapaksa otak
293.9. kondisi serebral lain
294. Psikosa berhubungan dengan kondisi fisik lain
294.0. gangguan endokrin
294.1. gangguan metabolisme dan gizi
294.2. infeksi tubuh
294.3. intoksikasi obat atau racun selain alcohol
294.4. kelahiran anak
294.8. Kondisi fisik lain
294.9. kondisi fisik yang tidak tergolongkan
I.B. Psikosa fungsional (295-299) (Psikosa yang tak dihubungkan dengan kondisi fisik seperi tercantum sebelum ini).
295. Skizofrenia
295.0. skizofrenia simplex
295.1. skizofrenia hebefrenik
295.2. skizofrenia katatonik
295.3. skizofrenia paranoid
295.4. episode skizofrenia akut
295.5. skizofrenia latent
295.6. skizofrenia residual
295.7. skizofrenia schizo-afektif
295.8. skizofrenia lain
295.9. skizofrenia tak tergolongkan
296. Psikosa afektif
296.0. melankhois involusi
296.1.psikosa manic-depresifjenis mania
296.2.psikosa manic-depresif jenis depresi
296.3.psikosa manic-depresif jenis sirkular
296.8.psikosa afektif lain
296.9.psikosa afektif tak tergolongkan
297. Keadaan paranoid
297.0.Paranoia
297.1.parafrenia involusi
297.2.keadaan paranoid lain
298. Psikosa lain
298.0.psikosa depresi reaktif
298.1.gaduh-gelisah reaktif
298.2.kebingungan reaktif
298.3.reaksi paranoid akut
298.9.psikosa reaktif tak tergolongkan
299. Psikosa tak tergolongkan
II. NEUROSA, GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN GANGGUAN JIWA NON –PSIKOSA LAIN
300. Neurosa
300.0.neurosa cemas
300.1.neurosa histerik
300.2.neurosa fobik
300.3.neurosa obsesif-kompulsif
300.4.neurosa depresif, neurasthenia
300.5.nerasthenia
300.6.sindroma depersonalisasi
300.7.neurosa hipokhondrik
300.8.neurosa lain
300.9.neurosa tak tergolongkan
301. Gangguan kepribadian
301.0.kepribadian paranoid
301.1.kepribadian afekif
301.2.kepribadian schizoid
301.3.kepribadian explosive
301.4.kepribadian nankastik
301.5.kepribadian histerik
301.6.kepribadian asthenik
301.7.kepribadian antisocial
301.8.kepribadian pasif-agresif
301.9.gangguan kepribadian tak tergolongkan
302. Deviasi seksual
302.0.Homoseksualitas
302.1.Fetihisme
302.2.Pedofilia
302.3.Transvestitisme
302.4.Exhibisionisme
302.5.Voyeurism
303.6.Sadism
303.7.Masokhisme
303.8.deviasi seksual lain
303.9.devisi seksual tak tergolongkan
303. Alkoholisme
tidak termasuk psikosa alkoholik (291), intoxikasi alcohol akut atau kbetulan (E860, N980 dan berhubungan dengan kondisi fisik (309)).
303.0.Minum belebihan episodic
303.1.Kebiasaan minum berlebihan
303.2.Ketagihan alkohol
303.9.Alkoholisme lain
304. Ketergantungan obat
304.0.Opium, alkaloid opium dan derivatnya
304.1.Analgetika sintetik dengan efek seperti morfin
304.2.Barbiturate
304.3.Hipnotika dan sedative lain atau “obat penenang”
304.4.Kokaine
304.5.Cannabis sativa (hashish, marihuana, ganja)
304.6.obat perangsang lain
304.7.halusinogenika
304.8.ketergantungan obat lain
304.9.ketergantungan obat tak tergolongkan
305. Gangguan fisik dengan perkiraan sebab psikogenik
305.0.Kulit
305.1.Otot dan tulang
305.2.Alat pernapasan
305.3.Jantung dan pembuluh darah
305.4.Darah dan getah bening
305.5.Alat pencernaan
305.6.Alat kemih dan kelamin
305.7.Endokrin
305.8.Pancaindera
305.9.Gangguan fisik lain
306. Golongan khusus tak tergolongkan di tempat lain
306.0.Gangguan bicara (gagap, dan sebagainya)
306.1.Gangguan kemampuan belajar khusus
306.2.Tic
306.3.Gangguan psikomotorik lain
306.4.Gangguan tidur
306.5.Gangguan makan
306.6.Enuresis
306.7.Encopresis
306.8.Chepalalgia
306.9.Gejala khusus lain
307. Gangguan situasioal sementara
307.0.Reaksi penyesuaian masa bayi
307.1.Reaksi penyesuaian masa Anak
307.2.Reaksi penyesuaian masa Remaja
307.3.Reaksi penyesuaian masa Dewasa
307.4.Reaksi penyesuaian masa tua
308. Gangguan tingkah laku masa anak dan remaja
308.0.Reaksi hiperkinetik
308.1.Reaksi menarik diri
308.2.Reaksi cemas berlebihan
308.3.Reaksi melarikan diri
308.4.Reaksi agresif individual
308.5.Reaksi delinkwen kelompok
308.9.Gangguan tingkah laku lain
309. Sindroma otak organic yang on-psikotik
309.0.Infeksi intracranial
309.1.Obat, racun dan intoxikasi tubuh
309.2.Rudpaksa oak
309.3.Gangguan peredaran darah
309.4.Epilepsy
309.5.Gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi
309.6.Senilitas atau presenilitas
309.7.Sneoplasma intracranial
309.8.Penyakit degenerasi SSP
309.9.Kondisi fisik lain
III. RETARDASI MENTAL (310-315)
310.Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68-85)
311.Retardasi mental ringan (IQ: 52-67)
312.Retardasi mental sedang (IQ: 36-51)
313.Retardasi mental berat (IQ: 20-35)
314.Retardasi mental sangat berat (IQ: <20)
315.Retardasi mental tak tergolongkan
Kode tambahan angka ke-4 dapat digunakan untuk kategori 310-315
315.0.Akibat infeksi dan/atau intoxikasi
315.1.Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
315.2.Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi (nutrition)
315.3.Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
315.4.Akibat penyakit/pengaruh prenatal yang tak jelas
315.5.Akibat kelainan kromosoma
315.6.Akibat prematuris
315.7.Akibat gangguan jiwa berat
315.8.Akibat deprivasi psikososial (lingkungan)
315.9.Akibat keadaan lain dan tak tergolongkan
IV. KEADAAN TANPA GANGGUAN PSIKIATRIK YANG NYATA DAN KONDISI (KEADAAN) NON-SPESIFIK (316-318)
316. Kegagalan penyesuaiansosial tanpa gangguan psikiatrik yang nyata
316.0.Kegagalan penyesuaiaan dalam perkawinan
316.1.Kegagalan penyesuaian sosial
316.2.Kegagalan penyesuaian dalam pekerjaan
316.3.Tingkah-laku dis-sosial (Dyssocial behavior)
316.9.Kegagalan penyesuaian sosial lain
317.Kondisi (keadaan) yang terikat pada kebudayaan setempat (culture bound phenomena)
317.0. –
317.1.Amok
317.2.Koro
317.3.Latah
317.4.Kesurupan
317.9.Kondisi atau keadaan lain
318. Tidak terdapat gangguan jiwa
V. ISTILAH BUKAN-DIAGNOSAUNTK PENGGUNAAN ADMINISTRASI (319)
319.Istilah bukan-diagnosa untuk penggunaan administrasi
319.1.Diagnosa ditangguhkan
319.1.Pasien titipan
319.2.Hanya untuk penelitian
319.3.Keluarga pasien
319.9.Lain-lain.
Minggu, 23 November 2008
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Hawari,Dadang.2001.Keperawatan Kesehatan Holistik Pada Gangguan Jiwa SKIZOFRENIA.Jakarta:Gaya Baru
Rasmun.2001.Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.Jakarta:PT Fajar Interpratama
Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Hawari,Dadang.2001.Keperawatan Kesehatan Holistik Pada Gangguan Jiwa SKIZOFRENIA.Jakarta:Gaya Baru
Rasmun.2001.Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.Jakarta:PT Fajar Interpratama
Senin, 13 Oktober 2008
Perilaku Waham
Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural
§ Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
§ Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
§ Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
§ Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
§ Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
§ Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
§ Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
§ Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
§ Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
§ Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
§ Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
§ Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
Gangguan Waham
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
• Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu)
• Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan – alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
• Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
• Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Etiologi tidak diketahui. tidak ada faktor genetik atau biologik yang telah diidentifikasi. insidennya lebih tinggi pada kelompok pengungsi, kelompok minoritas, dan orang dengan gangguan pendengaran. ada kecenderungan hubunhan di dalam keluarganya yang ditandai dengan kekacauan, tidak berperasaan, dingin. Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.
• Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu)
• Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan – alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
• Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
• Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Etiologi tidak diketahui. tidak ada faktor genetik atau biologik yang telah diidentifikasi. insidennya lebih tinggi pada kelompok pengungsi, kelompok minoritas, dan orang dengan gangguan pendengaran. ada kecenderungan hubunhan di dalam keluarganya yang ditandai dengan kekacauan, tidak berperasaan, dingin. Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.
Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Adapun macam – macam waham yaitu :
§ Waham bingung yang aneh
§ waham kejar, terutama bentuk tidak sistematis
§ Waham kebesaran
§ Waham mempengaruhi, pasien yakin bahwa mereka dapat mengontrol suatu presitiwa melalui telepati.
§ Waham rujukan, pasien meyakini ada arti di balik peristiwa – peristiwa dan meyakini perbuatan orang lain seolah – seolah secara khusus diarahkan pada mereka.
§ Waham penyiaran pikiran, keyakinan bahwa orang lain dapat mendengar pikiran mereka
§ Waham penyisipan pikiran, keyakinan bahwa pikiran orang lain dimasukkan dalam benak pasien.
§ Waham bingung yang aneh
§ waham kejar, terutama bentuk tidak sistematis
§ Waham kebesaran
§ Waham mempengaruhi, pasien yakin bahwa mereka dapat mengontrol suatu presitiwa melalui telepati.
§ Waham rujukan, pasien meyakini ada arti di balik peristiwa – peristiwa dan meyakini perbuatan orang lain seolah – seolah secara khusus diarahkan pada mereka.
§ Waham penyiaran pikiran, keyakinan bahwa orang lain dapat mendengar pikiran mereka
§ Waham penyisipan pikiran, keyakinan bahwa pikiran orang lain dimasukkan dalam benak pasien.
Gangguan Jiwa
ADA tiga faktor utama yang menjadi pencetus gangguan jiwa, yaitu genetik (internal), pola asuh dan pola didik yang kurang baik (salah) karena anak terlalu dimanja dan dikerasi (otoriter/ diktator), serta lingkungan sebagai stresor).
Banyak faktor psikososial yang dapat menjadi predisposisi atau presipitasi gangguan jiwa, di antaranya dalam hal perkawinan (perceraian, perpisahan/separation, ketidaksetiaan) serta problem orang tua (tidak punya anak, anak banyak, anak nakal, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua).Begitupun dengan hubungan interpersonal (konflik dengan sahabat, kekasih, atasan atau teman kerja), pekerjaan (terlalu banyak, tidak bekerja, tidak cocok, mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, PHK), lingkungan hidup (lingkungan rumah rawan, penggusuran tempat tinggal), keuangan (pendapatan rendah, terlibat utang, usaha bangkrut, warisan), hukum (tuntutan, pengadilan, penjara) dan penyakit (kecelakaan, operasi, aborsi, jantung, kanker).
Banyak faktor psikososial yang dapat menjadi predisposisi atau presipitasi gangguan jiwa, di antaranya dalam hal perkawinan (perceraian, perpisahan/separation, ketidaksetiaan) serta problem orang tua (tidak punya anak, anak banyak, anak nakal, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua).Begitupun dengan hubungan interpersonal (konflik dengan sahabat, kekasih, atasan atau teman kerja), pekerjaan (terlalu banyak, tidak bekerja, tidak cocok, mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, PHK), lingkungan hidup (lingkungan rumah rawan, penggusuran tempat tinggal), keuangan (pendapatan rendah, terlibat utang, usaha bangkrut, warisan), hukum (tuntutan, pengadilan, penjara) dan penyakit (kecelakaan, operasi, aborsi, jantung, kanker).
Faktor-
Faktor Presipitasi
(gangguan alam perasaan:menarik diri)
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik dri
Faktor Presipitasi
(waham)
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
Adanya gejala pemicu
Faktor Presipitasi
(halusinasi)
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya
(gangguan alam perasaan:menarik diri)
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik dri
Faktor Presipitasi
(waham)
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
Adanya gejala pemicu
Faktor Presipitasi
(halusinasi)
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya
PENGGOLONGAN DIAGNOSA GANGGUAN JIWA ke-I, 1973
I. PSIKOSA (290-299)
I.A. Psikosa berhubungan dengan sindroma otak organic
290. Dementia senilis dan Dementia presenilis.
290.0. Dementia senilis
290.1. Dementia presenilis
291. Psikosa alkoholik
291.0. delirium tremens
291.1. psikosa Korsakov
291.2. halusinosa alkoholik lain
291.3. paranoia alkoholik
291.4. psikosa alkoholik lain
292. Psikosa berhubungan dengan infeksi intracranial
292.0. dementia paralytica
292.1. syphilis lain dari susunan saraf pusat
292.2. encephalitis lain, infeksi intracranial lain
293. Psikosa berhubungan dengan kondisi serebral lain
293.0. arteriosclerosis cerebri
293.1. gangguan serebrovaskular lain
293.2. epilepsy
293.3. penyakit degenerasi SSP
293.4. rudapaksa otak
293.9. kondisi serebral lain
294. Psikosa berhubungan dengan kondisi fisik lain
294.0. gangguan endokrin
294.1. gangguan metabolisme dan gizi
294.2. infeksi tubuh
294.3. intoksikasi obat atau racun selain alcohol
294.4. kelahiran anak
294.8. Kondisi fisik lain
294.9. kondisi fisik yang tidak tergolongkan
I.B. Psikosa fungsional (295-299) (Psikosa yang tak dihubungkan dengan kondisi fisik seperi tercantum sebelum ini).
295. Skizofrenia
295.0. skizofrenia simplex
295.1. skizofrenia hebefrenik
295.2. skizofrenia katatonik
295.3. skizofrenia paranoid
295.4. episode skizofrenia akut
295.5. skizofrenia latent
295.6. skizofrenia residual
295.7. skizofrenia schizo-afektif
295.8. skizofrenia lain
295.9. skizofrenia tak tergolongkan
296. Psikosa afektif
296.0. melankhois involusi
296.1.psikosa manic-depresifàjenis mania
296.2.psikosa manic-depresif à jenis depresi
296.3.psikosa manic-depresif àjenis sirkular
296.8.psikosa afektif lain
296.9.psikosa afektif tak tergolongkan
297. Keadaan paranoid
297.0.Paranoia
297.1.parafrenia involusi
297.2.keadaan paranoid lain
298. Psikosa lain
298.0.psikosa depresi reaktif
298.1.gaduh-gelisah reaktif
298.2.kebingungan reaktif
298.3.reaksi paranoid akut
298.9.psikosa reaktif tak tergolongkan
299. Psikosa tak tergolongkan
II. NEUROSA, GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN GANGGUAN JIWA NON –PSIKOSA LAIN
300. Neurosa
300.0.neurosa cemas
300.1.neurosa histerik
300.2.neurosa fobik
300.3.neurosa obsesif-kompulsif
300.4.neurosa depresif, neurasthenia
300.5.nerasthenia
300.6.sindroma depersonalisasi
300.7.neurosa hipokhondrik
300.8.neurosa lain
300.9.neurosa tak tergolongkan
301. Gangguan kepribadian
301.0.kepribadian paranoid
301.1.kepribadian afekif
301.2.kepribadian schizoid
301.3.kepribadian explosive
301.4.kepribadian nankastik
301.5.kepribadian histerik
301.6.kepribadian asthenik
301.7.kepribadian antisocial
301.8.kepribadian pasif-agresif
301.9.gangguan kepribadian tak tergolongkan
302. Deviasi seksual
302.0.Homoseksualitas
302.1.Fetihisme
302.2.Pedofilia
302.3.Transvestitisme
302.4.Exhibisionisme
302.5.Voyeurism
303.6.Sadism
303.7.Masokhisme
303.8.deviasi seksual lain
303.9.devisi seksual tak tergolongkan
303. Alkoholisme
tidak termasuk psikosa alkoholik (291), intoxikasi alcohol akut atau kbetulan (E860, N980 dan berhubungan dengan kondisi fisik (309)).
303.0.Minum belebihan episodic
303.1.Kebiasaan minum berlebihan
303.2.Ketagihan alkohol
303.9.Alkoholisme lain
304. Ketergantungan obat
304.0.Opium, alkaloid opium dan derivatnya
304.1.Analgetika sintetik dengan efek seperti morfin
304.2.Barbiturate
304.3.Hipnotika dan sedative lain atau “obat penenang”
304.4.Kokaine
304.5.Cannabis sativa (hashish, marihuana, ganja)
304.6.obat perangsang lain
304.7.halusinogenika
304.8.ketergantungan obat lain
304.9.ketergantungan obat tak tergolongkan
305. Gangguan fisik dengan perkiraan sebab psikogenik
305.0.Kulit
305.1.Otot dan tulang
305.2.Alat pernapasan
305.3.Jantung dan pembuluh darah
305.4.Darah dan getah bening
305.5.Alat pencernaan
305.6.Alat kemih dan kelamin
305.7.Endokrin
305.8.Pancaindera
305.9.Gangguan fisik lain
306. Golongan khusus tak tergolongkan di tempat lain
306.0.Gangguan bicara (gagap, dan sebagainya)
306.1.Gangguan kemampuan belajar khusus
306.2.Tic
306.3.Gangguan psikomotorik lain
306.4.Gangguan tidur
306.5.Gangguan makan
306.6.Enuresis
306.7.Encopresis
306.8.Chepalalgia
306.9.Gejala khusus lain
307. Gangguan situasioal sementara
307.0.Reaksi penyesuaian masa bayi
307.1.Reaksi penyesuaian masa Anak
307.2.Reaksi penyesuaian masa Remaja
307.3.Reaksi penyesuaian masa Dewasa
307.4.Reaksi penyesuaian masa tua
308. Gangguan tingkah laku masa anak dan remaja
308.0.Reaksi hiperkinetik
308.1.Reaksi menarik diri
308.2.Reaksi cemas berlebihan
308.3.Reaksi melarikan diri
308.4.Reaksi agresif individual
308.5.Reaksi delinkwen kelompok
308.9.Gangguan tingkah laku lain
309. Sindroma otak organic yang on-psikotik
309.0.Infeksi intracranial
309.1.Obat, racun dan intoxikasi tubuh
309.2.Rudpaksa oak
309.3.Gangguan peredaran darah
309.4.Epilepsy
309.5.Gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi
309.6.Senilitas atau presenilitas
309.7.Sneoplasma intracranial
309.8.Penyakit degenerasi SSP
309.9.Kondisi fisik lain
III. RETARDASI MENTAL (310-315)
310.Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68-85)
311.Retardasi mental ringan (IQ: 52-67)
312.Retardasi mental sedang (IQ: 36-51)
313.Retardasi mental berat (IQ: 20-35)
314.Retardasi mental sangat berat (IQ: <20)
315.Retardasi mental tak tergolongkan
Kode tambahan angka ke-4 dapat digunakan untuk kategori 310-315
315.0.Akibat infeksi dan/atau intoxikasi
315.1.Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
315.2.Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi (nutrition)
315.3.Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
315.4.Akibat penyakit/pengaruh prenatal yang tak jelas
315.5.Akibat kelainan kromosoma
315.6.Akibat prematuris
315.7.Akibat gangguan jiwa berat
315.8.Akibat deprivasi psikososial (lingkungan)
315.9.Akibat keadaan lain dan tak tergolongkan
IV. KEADAAN TANPA GANGGUAN PSIKIATRIK YANG NYATA DAN KONDISI (KEADAAN) NON-SPESIFIK (316-318)
316. Kegagalan penyesuaiansosial tanpa gangguan psikiatrik yang nyata
316.0.Kegagalan penyesuaiaan dalam perkawinan
316.1.Kegagalan penyesuaian sosial
316.2.Kegagalan penyesuaian dalam pekerjaan
316.3.Tingkah-laku dis-sosial (Dyssocial behavior)
316.9.Kegagalan penyesuaian sosial lain
317.Kondisi (keadaan) yang terikat pada kebudayaan setempat (culture bound phenomena)
317.0. –
317.1.Amok
317.2.Koro
317.3.Latah
317.4.Kesurupan
317.9.Kondisi atau keadaan lain
318. Tidak terdapat gangguan jiwa
V. ISTILAH BUKAN-DIAGNOSAUNTK PENGGUNAAN ADMINISTRASI (319)
319.Istilah bukan-diagnosa untuk penggunaan administrasi
319.1.Diagnosa ditangguhkan
319.1.Pasien titipan
319.2.Hanya untuk penelitian
319.3.Keluarga pasien
319.9.Lain-lain.
I.A. Psikosa berhubungan dengan sindroma otak organic
290. Dementia senilis dan Dementia presenilis.
290.0. Dementia senilis
290.1. Dementia presenilis
291. Psikosa alkoholik
291.0. delirium tremens
291.1. psikosa Korsakov
291.2. halusinosa alkoholik lain
291.3. paranoia alkoholik
291.4. psikosa alkoholik lain
292. Psikosa berhubungan dengan infeksi intracranial
292.0. dementia paralytica
292.1. syphilis lain dari susunan saraf pusat
292.2. encephalitis lain, infeksi intracranial lain
293. Psikosa berhubungan dengan kondisi serebral lain
293.0. arteriosclerosis cerebri
293.1. gangguan serebrovaskular lain
293.2. epilepsy
293.3. penyakit degenerasi SSP
293.4. rudapaksa otak
293.9. kondisi serebral lain
294. Psikosa berhubungan dengan kondisi fisik lain
294.0. gangguan endokrin
294.1. gangguan metabolisme dan gizi
294.2. infeksi tubuh
294.3. intoksikasi obat atau racun selain alcohol
294.4. kelahiran anak
294.8. Kondisi fisik lain
294.9. kondisi fisik yang tidak tergolongkan
I.B. Psikosa fungsional (295-299) (Psikosa yang tak dihubungkan dengan kondisi fisik seperi tercantum sebelum ini).
295. Skizofrenia
295.0. skizofrenia simplex
295.1. skizofrenia hebefrenik
295.2. skizofrenia katatonik
295.3. skizofrenia paranoid
295.4. episode skizofrenia akut
295.5. skizofrenia latent
295.6. skizofrenia residual
295.7. skizofrenia schizo-afektif
295.8. skizofrenia lain
295.9. skizofrenia tak tergolongkan
296. Psikosa afektif
296.0. melankhois involusi
296.1.psikosa manic-depresifàjenis mania
296.2.psikosa manic-depresif à jenis depresi
296.3.psikosa manic-depresif àjenis sirkular
296.8.psikosa afektif lain
296.9.psikosa afektif tak tergolongkan
297. Keadaan paranoid
297.0.Paranoia
297.1.parafrenia involusi
297.2.keadaan paranoid lain
298. Psikosa lain
298.0.psikosa depresi reaktif
298.1.gaduh-gelisah reaktif
298.2.kebingungan reaktif
298.3.reaksi paranoid akut
298.9.psikosa reaktif tak tergolongkan
299. Psikosa tak tergolongkan
II. NEUROSA, GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN GANGGUAN JIWA NON –PSIKOSA LAIN
300. Neurosa
300.0.neurosa cemas
300.1.neurosa histerik
300.2.neurosa fobik
300.3.neurosa obsesif-kompulsif
300.4.neurosa depresif, neurasthenia
300.5.nerasthenia
300.6.sindroma depersonalisasi
300.7.neurosa hipokhondrik
300.8.neurosa lain
300.9.neurosa tak tergolongkan
301. Gangguan kepribadian
301.0.kepribadian paranoid
301.1.kepribadian afekif
301.2.kepribadian schizoid
301.3.kepribadian explosive
301.4.kepribadian nankastik
301.5.kepribadian histerik
301.6.kepribadian asthenik
301.7.kepribadian antisocial
301.8.kepribadian pasif-agresif
301.9.gangguan kepribadian tak tergolongkan
302. Deviasi seksual
302.0.Homoseksualitas
302.1.Fetihisme
302.2.Pedofilia
302.3.Transvestitisme
302.4.Exhibisionisme
302.5.Voyeurism
303.6.Sadism
303.7.Masokhisme
303.8.deviasi seksual lain
303.9.devisi seksual tak tergolongkan
303. Alkoholisme
tidak termasuk psikosa alkoholik (291), intoxikasi alcohol akut atau kbetulan (E860, N980 dan berhubungan dengan kondisi fisik (309)).
303.0.Minum belebihan episodic
303.1.Kebiasaan minum berlebihan
303.2.Ketagihan alkohol
303.9.Alkoholisme lain
304. Ketergantungan obat
304.0.Opium, alkaloid opium dan derivatnya
304.1.Analgetika sintetik dengan efek seperti morfin
304.2.Barbiturate
304.3.Hipnotika dan sedative lain atau “obat penenang”
304.4.Kokaine
304.5.Cannabis sativa (hashish, marihuana, ganja)
304.6.obat perangsang lain
304.7.halusinogenika
304.8.ketergantungan obat lain
304.9.ketergantungan obat tak tergolongkan
305. Gangguan fisik dengan perkiraan sebab psikogenik
305.0.Kulit
305.1.Otot dan tulang
305.2.Alat pernapasan
305.3.Jantung dan pembuluh darah
305.4.Darah dan getah bening
305.5.Alat pencernaan
305.6.Alat kemih dan kelamin
305.7.Endokrin
305.8.Pancaindera
305.9.Gangguan fisik lain
306. Golongan khusus tak tergolongkan di tempat lain
306.0.Gangguan bicara (gagap, dan sebagainya)
306.1.Gangguan kemampuan belajar khusus
306.2.Tic
306.3.Gangguan psikomotorik lain
306.4.Gangguan tidur
306.5.Gangguan makan
306.6.Enuresis
306.7.Encopresis
306.8.Chepalalgia
306.9.Gejala khusus lain
307. Gangguan situasioal sementara
307.0.Reaksi penyesuaian masa bayi
307.1.Reaksi penyesuaian masa Anak
307.2.Reaksi penyesuaian masa Remaja
307.3.Reaksi penyesuaian masa Dewasa
307.4.Reaksi penyesuaian masa tua
308. Gangguan tingkah laku masa anak dan remaja
308.0.Reaksi hiperkinetik
308.1.Reaksi menarik diri
308.2.Reaksi cemas berlebihan
308.3.Reaksi melarikan diri
308.4.Reaksi agresif individual
308.5.Reaksi delinkwen kelompok
308.9.Gangguan tingkah laku lain
309. Sindroma otak organic yang on-psikotik
309.0.Infeksi intracranial
309.1.Obat, racun dan intoxikasi tubuh
309.2.Rudpaksa oak
309.3.Gangguan peredaran darah
309.4.Epilepsy
309.5.Gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi
309.6.Senilitas atau presenilitas
309.7.Sneoplasma intracranial
309.8.Penyakit degenerasi SSP
309.9.Kondisi fisik lain
III. RETARDASI MENTAL (310-315)
310.Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68-85)
311.Retardasi mental ringan (IQ: 52-67)
312.Retardasi mental sedang (IQ: 36-51)
313.Retardasi mental berat (IQ: 20-35)
314.Retardasi mental sangat berat (IQ: <20)
315.Retardasi mental tak tergolongkan
Kode tambahan angka ke-4 dapat digunakan untuk kategori 310-315
315.0.Akibat infeksi dan/atau intoxikasi
315.1.Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
315.2.Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi (nutrition)
315.3.Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
315.4.Akibat penyakit/pengaruh prenatal yang tak jelas
315.5.Akibat kelainan kromosoma
315.6.Akibat prematuris
315.7.Akibat gangguan jiwa berat
315.8.Akibat deprivasi psikososial (lingkungan)
315.9.Akibat keadaan lain dan tak tergolongkan
IV. KEADAAN TANPA GANGGUAN PSIKIATRIK YANG NYATA DAN KONDISI (KEADAAN) NON-SPESIFIK (316-318)
316. Kegagalan penyesuaiansosial tanpa gangguan psikiatrik yang nyata
316.0.Kegagalan penyesuaiaan dalam perkawinan
316.1.Kegagalan penyesuaian sosial
316.2.Kegagalan penyesuaian dalam pekerjaan
316.3.Tingkah-laku dis-sosial (Dyssocial behavior)
316.9.Kegagalan penyesuaian sosial lain
317.Kondisi (keadaan) yang terikat pada kebudayaan setempat (culture bound phenomena)
317.0. –
317.1.Amok
317.2.Koro
317.3.Latah
317.4.Kesurupan
317.9.Kondisi atau keadaan lain
318. Tidak terdapat gangguan jiwa
V. ISTILAH BUKAN-DIAGNOSAUNTK PENGGUNAAN ADMINISTRASI (319)
319.Istilah bukan-diagnosa untuk penggunaan administrasi
319.1.Diagnosa ditangguhkan
319.1.Pasien titipan
319.2.Hanya untuk penelitian
319.3.Keluarga pasien
319.9.Lain-lain.
Senin, 06 Oktober 2008
KELOMPOK JIWA
Minggu, 21 September 2008
Langganan:
Postingan (Atom)